Jumat, 29 Juli 2016

HERNIA

Pengertian Hernia
Hernia adalah penyakit yang terjadi saat ada organ dalam tubuh yang menekan dan mencuat lewat otot atau kondisi celah jaringan di sekitarnya yang melemah. Otot kita biasanya cukup kuat untuk menahan organ-organ tubuh sehingga tetap di lokasinya masing-masing. Melemahnya otot tersebut dapat mengakibatkan hernia.

Apa Sajakah Jenis-jenis Hernia?
Letak kemunculan hernia terdapat di seluruh abdomen (daerah perut). Jenis-jenis hernia juga umumnya terbagi berdasarkan letaknya, yaitu:
  • Hernia femoralis yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus yang mencuat ke bagian atas paha bagian dalam atau ke selangkangan.
  • Hernia inguinalis yang terjadi saat ada sebagian usus yang menjulur dari abdomen bawah dan mencuat ke selangkangan.
  • Hernia umbilikus yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus menjulur keluar abdomen dan mencuat di dekat pusar.
  • Hernia insisi yang terjadi saat ada jaringan yang mencuat lewat luka operasi yang belum sembuh di abdomen.
  • Hernia hiatus yang terjadi saat ada bagian perut yang masuk lewat celah pada diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut) dan mencuat ke rongga dada.
  • Hernia Spigelian yang terjadi saat ada sebagian usus menjulur dari abdomen pada otot perut bagian samping dan mencuat di bawah pusar.
  • Hernia epigastrik yang terjadi saat ada jaringan lemak yang mencuat keluar dari abdomen di antara pusar dan tulang dada bagian bawah.
  • Hernia otot yang terjadi saat ada sebagian otot yang mencuat pada abdomen. Jenis hernia ini juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera berolahraga.
Hernia Inguinalis
Ini adalah jenis hernia yang paling umum terjadi. 75% kasus hernia merupakan jenis hernia inguinalis. Sekitar 25% pria akan terkena penyakit ini. Sedangkan risiko bagi wanita lebih kecil, yaitu sekitar 3%.
Faktor risiko untuk hernia inguinalis adalah:
  • Usia. Risiko terkena hernia akan meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Jenis kelamin. Pria lebih rentan terkena penyakit ini.
  • Sering mengangkat beban berat.
  • Obesitas (indeks massa tubuh mengindikasikan angka 30 atau lebih).
  • Menderita konstipasi (sulit atau tidak bisa buang air besar) jangka panjang.
  • Menderita batuk jangka panjang.
Hernia hiatus
Hernia hiatus juga termasuk jenis hernia yang umum terjadi dan dari seluruh kasus hernia, terdapat 10% yang berjenis ini. Tidak semua penderitanya merasakan adanya gejala. Tetapi gejala yang mungkin muncul adalah nyeri ulu hati (rasa sakit atau tidak nyaman pada dada yang biasanya muncul setelah makan).

Hernia insisi
Tiap operasi pasti memiliki risiko. Salah satu risiko komplikasi pada operasi daerah perut adalah hernia insisi. Tetapi risiko terjadinya penyakit ini pada pascaoperasi tergantung pada jenis operasi yang dijalani pasien.
 
Hernia femoralis
Selain faktor jenis kelamin dan usia, hernia femoralis memiliki faktor risiko yang mirip dengan hernia inguinalis. Risiko wanita untuk terkena penyakit ini juga empat kali lebih tinggi daripada pria. Penyakit ini dapat menyerang wanita dari segala usia. Hernia femoralis adalah jenis hernia yang lebih jarang terjadi dibandingkan hernia inguinalis.
 
Hernia umbilikus
Jenis hernia ini umum terjadi pada bayi. Tetapi sekitar 90% bayi yang mengalami hernia umbilikus dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan seiring bertambahnya usia mereka.

Bagaimana Cara Memeriksa dan Mengobati Hernia?
Pemeriksaan hernia umumnya menggunakan USG (ultrasonografi). Dalam proses USG, gelombang suara berfrekuensi tinggi akan digunakan untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam organ tubuh.
Penyakit melemahnya dinding perut ini sering dianggap sepele karena jarang memiliki gejala. Tetapi hernia juga dapat mengakibatkan gangguan usus atau terhambatnya aliran darah pada jaringan hernia yang terjepit.
Kedua komplikasi di atas adalah kondisi gawat darurat. Anda dianjurkan untuk segera ke rumah sakit jika mengalaminya.Risiko terjadinya komplikasi akibat hernia cenderung berbahaya. Karena itu, dokter umumnya menganjurkan para penderita hernia untuk menjalani operasi.

Tetapi ada juga jenis hernia yang tidak membutuhkan operasi. Misalnya:
•Hernia umbilikus yang biasanya dapat sembuh sendiri.
•Hernia hiatus yang kadang-kadang dapat ditangani dengan obat-obatan. Tetapi ada juga hernia hiatus yang membutuhkan operasi.
Proses Operasi
Tidak semua jenis hernia membutuhkan operasi. Ada beberapa faktor yang akan memengaruhi keputusan untuk operasi, yaitu:
•Isi hernia. Ada hernia yang berisi bagian usus, otot, atau jaringan lain.
•Gejala yang dialami. Ada hernia yang tidak memiliki gejala dan ada yang menyebabkan rasa sakit.
•Letak hernia. Hernia femoralis dan hernia yang muncul di daerah selangkangan lebih membutuhkan operasi dibandingkan hernia di daerah perut.

Rabu, 27 Juli 2016

VIRUS ZIKA


Pengertian Virus Zika
Infeksi virus Zika terjadi melalui perantara gigitan nyamuk Aedes, terutama spesies Aedes aegypti. Penyakit yang disebabkannya dinamakan sebagai Zika, penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever).
Virus Zika yang telah menginfeksi manusia dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti demam, nyeri sendi, konjungtivitis (mata merah), dan ruam. Gejala-gejala penyakit Zika dapat menyerupai gejala penyakit dengue dan chikungunya, serta dapat berlangsung beberapa hari hingga satu minggu.

Virus Zika pertama ditemukan pada seekor monyet resus di hutan Zika, Uganda, pada tahun 1947. Virus Zika kemudian ditemukan kembali pada nyamuk spesies Aedes Africanus di hutan yang sama pada tahun 1948 dan pada manusia di Nigeria pada tahun 1954. Virus Zika menjadi penyakit endemis dan mulai menyebar ke luar Afrika dan Asia pada tahun 2007 di wilayah Pasifik Selatan. Pada Mei 2015, virus ini kembali merebak di Brazil. Penyebaran virus ini terus terjadi pada Januari 2016 di Amerika Utara, Amerika Selatan, Karibia, Afrika, dan Samoa (Oceania). Di Indonesia sendiri, telah ditemukan virus Zika di Jambi pada tahun 2015.

Penyebab Virus Zika
Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever) adalah virus Zika. Virus Zika termasuk dalam garis virus flavivirus yang masih berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab penyakit dengue/demam berdarah.
Virus Zika disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi. Nyamuk ini menjadi terinfeksi setelah menggigit penderita yang telah memiliki virus tersebut. Nyamuk ini sangat aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di dalam maupun luar ruangan yang dekat dengan manusia, terutama di area yang terdapat genangan air.
Walaupun jarang, virus Zika dapat ditransmisikan dari seorang ibu ke bayinya. Virus Zika berkemungkinan ditularkan dari seorang ibu hamil pada janin di dalam kandungannya. Dapat pula bayi tertular pada waktu persalinan.Hingga saat ini, kasus penularan virus Zika melalui proses menyusui belum ditemukan sehingga ahli medis tetap menganjurkan ibu yang terinfeksi untuk tetap menyusui bayinya.
Selain itu, terdapat beberapa laporan virus Zika yang penularannya terjadi melalui tranfusi darah dan hubungan seksual.

Gejala Virus Zika
Selain gejala umum yang telah disebutkan, gejala lain virus Zika yang ditemukan adalah sakit kepala, nyeri di belakang mata, dan lelah. Gejala ini umumnya bersifat ringan dan berlangsung hingga sekitar satu minggu.
Mengenai periode inkubasi virus Zika masih belum diketahui, namun kemungkinan berlangsung hingga 2-7 hari semenjak pasien terpapar virus ini (terkena gigitan nyamuk penjangkit). Dari lima orang yang terinfeksi virus Zika, satu orang menjadi sakit akibat virus ini. Walaupun jarang, dapat terjadi kasus berat yang memerlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit, bahkan kematian.
Transmisi virus Zika yang terjadi di dalam kandungan dikaitkan dengan terjadinya mikrosefali dan kerusakan otak pada janin. Mikrosefali adalah kondisi dimana lingkar kepala lebih kecil dari ukuran normal.

Diagnosis Virus Zika
Melihat dari gejala yang menyerupai banyak penyakit lain, pemeriksaan terhadap rute perjalanan yang pernah dilakukan oleh pasien, khususnya ke area-area yang memiliki kasus infeksi virus Zika dapat membantu mempersempit diagnosis. Dokter mungkin akan menanyakan area, waktu, dan aktivitas saat melakukan kunjungan ke daerah tersebut.
Dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi asam nukleat virus, mengisolasi virus, atau uji serologis. Selain melalui pengambilan darah yang biasanya dilakukan pada 1-3 hari setelah gejala muncul, urine dan air liur juga dapat menjadi bahan uji pada hari ketiga hingga hari kelima.

Pengobatan Virus Zika
Pengobatan virus Zika difokuskan kepada upaya mengurangi gejala yang dirasakan oleh pasien karena vaksin serta obat-obatan penyembuh penyakit ini belum ditemukan. Pengobatan terhadap gejala yang dialami dapat berupa pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, obat pereda rasa sakit untuk meredakan demam dan sakit kepala, serta istirahat yang cukup. Penggunaan aspirin dan obat anti peradangan nonsteroid lainnya tidak direkomendasikan sebelum kemungkinan pasien terkena dengue dapat dihilangkan.
Bagi pasien yang telah terinfeksi virus Zika diharapkan untuk menghindari gigitan nyamuk selama terjangkit virus ini karena virus Zika yang dapat bertahan lama di dalam darah penderita dapat menyebar ke orang lain melalui gigitan nyamuk.

Pencegahan Virus Zika
Mencegah gigitan nyamuk adalah salah satu tindakan pencegahan awal yang bisa membantu Anda terhindar dari infeksi virus Zika. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan saat berada di daerah yang terjangkit virus Zika, antara lain:
•Memastikan tempat yang Anda tinggali memiliki pendingin ruangan atau setidaknya memiliki tirai pintu dan jendela yang dapat mencegah nyamuk masuk ke ruangan.
•Gunakan kelambu pada tempat tidur jika area yang Anda kunjungi tidak memiliki hal di atas.
•Gunakan baju dan celana berlengan panjang
•Gunakan bahan penolak serangga yang terdaftar pada badan perlindungan lingkungan atau environmental protection agency (EPA), sesuai dengan instruksi yang tertera pada kemasan. Instruksi yang terlampir akan memberikan informasi mengenai pengaplikasian ulang, area pengaplikasian yang diperbolehkan, waktu dan durasi pengaplikasian.
•Bayi yang berusia di bawah dua bulan tidak diperkenankan menggunakan bahan penolak serangga ini sehingga Anda harus memastikan agar pakaian bayi dapat melindunginya dari gigitan nyamuk.
•Gunakan juga kelambu pada tempat tidur bayi, kereta dorong bayi, dan gendongan atau alat pengangkut bayi lainnya.
•Perhatikan area tubuh anak yang berusia lebih dewasa saat mengaplikasikan bahan penolak serangga. Hindari area tubuh yang terluka atau sedang mengalami iritasi, area mata, mulut, dan tangan.
•Pilihlah perawatan, pencucian, atau pemakaian pakaian serta peralatan yang menggunakan bahan dengan kandungan permethrin. Pelajari informasi produk dan instruksi penggunaan mengenai perlindungan yang diberikan. Hindari menggunakan produk ini pada kulit.
•Pelajari juga informasi mengenai daerah yang akan Anda kunjungi, seperti fasilitas kesehatan dan area luar ruangan terbuka sebelum waktu keberangkatan tiba, khususnya area yang terjangkit virus Zika.
•Lakukan tes virus Zika sekembalinya Anda, khususnya perempuan hamil, dari daerah penyebaran virus Zika.

Sabtu, 23 Juli 2016

VIRUS MERS

Pengertian MERS

MERS atau Middle East Respiratory Syndrome adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus korona. Asal virus korona belum diketahui secara pasti, tapi para pakar menduga bahwa virus ini kemungkinan besar berasal dari unta yang tinggal di Arab Saudi dan sekitarnya.

MERS memang menular, tapi penularannya tidak semudah flu biasa. Virus penyebab MERS umumnya menyebar melalui kontak langsung, misalnya pada orang yang merawat penderita MERS tanpa menerapkan pencegahan penularan terhadap diri sendiri.

Gejala-gejala MERS
MERS memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa karena virus penyebabnya yang sejenis. Gejala-gejala MERS yang umumnya muncul meliputi:
•Demam.
•Batuk-batuk.
•Napas pendek.
•Gangguan pencernaan, seperti diare, mual, dan muntah.

Selain itu, tanda-tanda pneumonia juga sering ditemukan pada pemeriksaan pengidap MERS. Karena tahap-tahap awal penyakit ini memiliki kemiripannya dengan gejala flu, MERS termasuk penyakit yang sulit dideteksi. Anda sebaiknya lebih waspada dengan segera memeriksakan diri jika mengalaminya. MERS dengan tingkat keparahan yang tinggi berpotensi memicu gagal organ, terutama ginjal, dan syok sepsis (zat racun virus ikut dalam peredaran darah ke seluruh tubuh yang memicu reaksi pembengkakan seluruh organ). Oleh sebab itu, pasien yang mengalaminya membutuhkan penanganan darurat di rumah sakit.

Faktor-faktor Risiko MERS
Para pakar juga berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk tertular MERS. Faktor-faktor tersebut adalah:
•Usia. Para lansia lebih rentan terkena penyakit ini.
•Sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya pada pengidap HIV.
•Penyakit kronis, contohnya kanker, diabetes, atau penyakit paru-paru.
•Pernah berkunjung ke Arab Saudi. Orang yang sudah terinfeksi virus korona mungkin saja tidak mengalami gejala apa pun. Karena itu, lakukanlah pemeriksaan MERS secara dini untuk berjaga-jaga. Jika Anda mengalami demam serta gejala MERS dalam dua minggu setelah bepergian ke negara tersebut, segera periksakan diri Anda ke dokter.
•Sering berada di dekat pengidap. Misalnya bagi petugas medis yang merawat pengidap di rumah sakit atau keluarga yang tinggal serumah dengan pengidap.

Pengobatan dan Pencegahan MERS
Hingga saat ini, belum ada metode pengobatan khusus yang bisa digunakan untuk mengatasi MERS. Vaksin untuk penyakit ini juga belum tersedia. Langkah penanganan dari dokter akan dilakukan berdasarkan gejala yang dialami oleh pengidap serta kondisi kesehatannya.

Karena itu, pencegahan sangat dianjurkan. Untuk menanggulangi penularan MERS, ada beberapa metode pencegahan yang bisa Anda lakukan. Langkah-langkah tersebut meliputi:
•Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun, setidaknya selama 20 detik. Terutama sebelum makan atau menyentuh wajah.
•Membersihkan dan mensterilkan permukaan atau benda yang sering disentuh banyak orang sesering mungkin. Contohnya, pegangan pintu atau telepon.
•Menutup hidung maupun mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu dan langsung membuang tisu tersebut ke tempat sampah.
•Jangan memakai peralatan yang sudah digunakan pasien, misalnya piring, sendok, atau handuk.

Rabu, 20 Juli 2016

IMUNISASI




Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik.
Imunitas perlu dikembangkan untuk jenis antibody/sel efektor imun yang benar. Antibody yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif  terutama terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin). Antibody mencegah adheren mikroba untuk masuk ke dalam sel untuk menginfeksinya, atau efek yang merusak sel dengan menetralkan toksin (difteri, klostridium). IgA berperan pada permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada mukosa (efek polio oral). Mengingat respons imun yang kuat baru timbul beberapa minggu, imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan patogen.

Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
a.       Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap penyakit tersebut.
b.      Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.

Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga proses cepat tetapi tidak tahan lama.

Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara :
a.       Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
b.      Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolakan.

Tujuan Pemberian Imunisasi
a.       Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
b.      Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.

Syarat Pemberian Imunisasi
a.       Bayi dalam keadaan sehat
b.      Bayi umur 0-11 bulan

Tujuh macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:
Adapun 7 (tujuh) macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah sebagai berikut :
a.       TBC
b.      Polio myelitis (kelumpuhan)
c.       Difteri
d.      Pertusis
e.       Tetanus
f.       Hepatitis
g.      Campak

Macam-macam Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang diantaranya adalah :

BCG
a.       Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC). Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan.
b.      Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
c.       Kontra indikasi :
                          i.      Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
                        ii.      Anak yang telah menderita penyakit TBC.
d.      Efek samping
i.      Reaksi normal
1.      Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
2.      Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan bersih.
3.      Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar) dengan diametr 5-7 mm.
ii.      Reaksi berat
1.      Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih luas.
2.      Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.

DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
a.       Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus.
b.      Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c.       Kontra indikasi :
                          i.      Panas diatas 38º C
                        ii.      Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
d.      Efek samping :
                          i.      Reaksi lokal
1.      Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam ringan selama 1-2 hari.
2.      Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
                        ii.      Reaksi Umum
1.      Demam tinggi, kejang dan syok berat.
2.      Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat) sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.

Hepatitis B
a)      Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b)      Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c)      Kontra indikasi : tidak ada
d)     Efek samping : Pada umumnya tidak ada
Polio
a.       Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis
b.      Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c.       Kontra indikasi:
·         Anak menderita diare berat
·         Anak sakit panas
d     Efek samping :
-            Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-berak ringan.
-            Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.
-            Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.

Campak
a.       Gunakan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b.      Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c.       Kontra indikasi :
-            Panas lebih dari 38ºC
-            Anak yang sakit parah
-            Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
-            Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
-            Riwayat kejang demam
d.   Efek samping :
-            Panas lebih dari 38ºC
-            Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
-            Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini jarang terjadi.